Showing posts with label Ilmu Menulis. Show all posts
Showing posts with label Ilmu Menulis. Show all posts
Monday 5 September 2016

5 Hal yang Harus Ada Saat NgeBlog

NgeBlog sepertinya saat ini sudah menjadi semacam kebutuhan dan gaya hidup. Dulu...  buku Diary masih menjadi sahabat setia,  tapi kini semua curhatan, ungkapan hati, uneg-uneg terhadap lingkungan sekitar bisa ditumpahkan lewat media Blog.


Kalau masih ada yang bingung pingin ngeBlog tapi nggak tahu apa yang harus dilakukan, dan apa saja perlengkapan yang dibutuhkan, biar postingan lancar, blog-nya nggak sampai jamuran. Nah, ini saya kasih tahu 5 hal yang harus ada biar ngeBlog lancar ala saya.
Saturday 17 October 2015

Suatu Hari Bersama Pak Dukut

Minggu, 11 Oktober 2015


Pagi itu, saya memacu sepeda motor agak sedikit tergesa. Waktu tinggal 30 menit dari jadwal undangan. Sebenarnya sudah merancang berangkat lebih pagi, tapi si Bocah mendadak dangdut minta diantar ke sekolah, untuk persiapan outbond hari Senin. Ya sudahlah, berharap perjalanan lancar meski sudah bisa ditebak pasti telat.

Dari Sidoarjo menuju Perpustakaan Kota Surabaya, cukup bikin deg-degan, masalahnya saya belum pernah ke alamat itu. Tahunya Perpusda di Jl. Menur Hwaa... Berbekal tanya "siMbah" sebelum berangkat, Alhamdulillah sampai dengan selamat meski salah arah sedikiitt...
Sunday 27 July 2014

Bertemu Benny Ramdhani

17 Juli 2014


Sebenarnya cerita ini sudah nggak hangat lagi, karena sudah berlalu lebih seminggu yang lalu. Tapi baru sempat nulisnya sekarang. Kemarin-kemarin sok rempong ini itu, apalagi Ramadhan waktu terasa sempit.  Sudahlah... mungkin dasarnya saya saja yang males menyempatkan waktu untuk updet cerita disini.

Sampai memasuki 10 hari kedua Ramadhan, saya merasa belum ada cerita atau kabar gembira yang bikin hati mak jleb. Kabar tulisan dimuat di media tidak diterima, kabar dapat hadiah atau kiriman apa kek juga tidak hehe. Ternyata pagi itu kabar gembira datang, ada sms masuk dari mbak Dian Kristiani itu lohh... penulis buku anak yang super produktif. Isi SMSnya : Nanti jam 5 sore ada bukber dengan Benny Ramdani di Bebek Kerto Sidoarjo"  Aww.... langsung lonjak-lonjak kegirangan dong saya.  Kesempatan bisa ketemu guru, yang selama ini cuma bisa bersua lewat layar virtual. 

Saturday 27 July 2013

Kejutan di Bobo No. 16 Tahun 2013


Bobo edisi 16 tahun 2013 halaman 10-11

Senin, 22 Juli 2013- Hari ke 13 Ramadhan 1434H

Sore itu mula-mula ada panggilan dari nomor tak dikenal. Lalu disambung sms, "Assalam, mbak Vanda ya? Ini Bonita. Duh, senengnya dongengnya dimuat di Bobo. Selamat yaa...."

Saya cuma bengong, sambil baca berulang kali sms itu. Beneran nih?? Ceritaku dimuat di Bobo? Majalah anak-anak yang umurnya sepantaran dengan saya, yang dibaca sebagian besar anak-anak negeri ini. Majalah yang menemani masa kecil saya, dan sekarang juga menjadi bacaan favorit anak-anak di rumah.
Tuesday 26 February 2013

AISYA & KELAB PENULIS CILIK

Hari Ahad tanggal 10 Februari kemarin, saya dan anak-anak menuju Ciwalk Sidoarjo. Dengan tujuan untuk mengikuti workshop menulis yang diselenggarakan oleh Kelab Penulis Cilik yang dibina oleh Bunda Sofie Beatrix. 

Workshop menulis ini diselenggarakan dalam rangka road show ke 4 kota, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan Malang. Awalnya mendengar info ini dari Mbak Dian Kristiani. Agak maju mundur ikut atau tidak, terserah Aisya, soalnya dia moody banget.Tapi yang saya tahu, Aisya memang sangat suka menulis a.k.a corat-coret di buku notes, kertas bekas undangan, bon belanja, pokoknya apa saja yang bisa menjadi sasaran corat-coret. Dan ini kadang yang bikin ibu ngomel, sebab kadang sasarannya tidak pandang bulu, buku paket pelajaran, buku agenda Ibu, juga menjadi sasaran. Kalau lagi rajin dia corat-coret di Blog atau disimpan di komputer.


Wednesday 26 December 2012

Catatan Cuap-Cuap di KMA FLP Sidoarjo

Bismillahirrahmanirrahiim,


Alhamdulillah, acara KMA tanggal 23 Desember 2012 bisa berjalan lancar. Meskipun ada sedikit kendala, karena saya datang lebih lambat dari waktu yang telah disepakati, maaf... seperti biasa yang menjadi alasan pasti kerempongan khas ala emak-emak (alasan! :)). Kebetulan kemarin harus ngedrop anak dulu di hotel Sun City, nggak cuma ngedrop tapi mengantar sampai tempat acara (kakak ikut seminar/talk show  remaja bertema 'Muda, Berkarya dan Mandiri' yang diadakan oleh 'Salimah')  , plus basa basi sebentar karena kebetulan yang menerima tamu mbak Ika Safitri, teman FLP angkatan I, yup jadilah kita ngobrol dulu sebentar.

Sampai di depan markas FLP Sidoarjo, teman-teman FLP Sidoarjo angkatan 3 sudah banyak berkumpul. Duhh ... langsung deg-degan, salting nggak karuan. Gue telat nih. Pasalnya juga, sebenarnya tugas utama diemban oleh Mas Zein, saya hanya mendampingi sebagai penggembira, ya santai aja kan sudah ada mas Zein El-Arham yang lebih kompeten. Olala... ternyata inbox mbak Wiwik bikin kaget, sampai bikin koprol jantung si Emak. Ternyata mas Zein berhalangan, karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan (maklum ... beliau memang orang penting teman-teman ^_^ )

Wednesday 11 July 2012

Mendadak Cua-Cuap Tentang Motivasi Menulis



Siang itu, tiba-tiba dapat SMS dari Mbak Wiwik. “Bu Vanda, besok minggu bisa mengisi kelas KMA untuk anggota baru FLP Sidoarjo ya?”

Ngelirik kalender, “Glodakk! Bukannya hari Minggu tanggal 1 Juli 2012  itu dua hari lagi?” Ya sudahlah, demi mengikuti jadwal yang sudah ditentukan,  menggantikan Mbak Tatit yang berhalangan. Meski agak merinding disko juga nih, memberi motivasi menulis, lha wong diri ini saja masih butuh berkarung-karung motivasi. ^_^  Bismillah... dengan niat saling berbagi, saling memberi motivasi, the show must go on!


Akhirnya di sela-sela pekerjaan, obrak-abrik buku catatan, buka file materi menulis dari Bang Jonru ngebutlah si Emak bikin materi buat dibagikan besok.  Tarraa... jadilah rangkuman dari sebagian kecil ilmu motivasi menulis.  Berharap, dengan ini semakin menambah bahan bakar motivasi menulis saya yang masih sering kali megap-megap :) 

Ahad pagi, setelah terlebih dahulu menyelesaikan kewajiban di rumah, dengan diantar si Doi meluncur ke rumah Pak Rafif. Alhamdulillah, setelah sempat kesasar mencari markas FLP Sidoarjo yang baru, akhirnya kelar juga amanah yang dibebankan. Berikut ringkasan cuap-cuap si Emak tentang motivasi menulis. 

 

Dari beberapa literatur dan ilmu yang diserap dari para penulis senior, bahwa semua orang bisa menjadi penulis produktif. Dengan cara: Berproseslah menuju ke arah itu.

 (Ya iyalah... nggak mungkin kan, sesuatu didapat secara instan, bim salabim abrakadabra. Semua profesi apapun itu harus melalui sebuah proses)

Untuk menjadi penulis produktif, caranya sangat sederhana. Ikutilah rumus 3 M : MENULIS, MENULIS 

dan MENULIS. Untuk menjalankan rumus 3 M, caranya :
  • Konsisten menulis setiap hari
  • Komitmen menjalankan jadwal menulis yang disepakati diri sendiri
Catatan : Kita tidak perlu seharian menulis di depan computer. Cukup luangkan waktu puluhan menit saja, tapi rutin. (Nah... ini nih yang biasanya sering kita abaikan)
Masalah klise ‘Calon Penulis’
1. Takut ditolak


Dengan kata lain, takut gagal. Atasi ketakutan Anda
Oh ya, satu hal lagi. Naskah yang ditolak belum tentu karena karena kualitasnya jelek. Bisa saja, naskah yang ditolak di media A, ternyata dimuat di media B. Mungkin naskah Anda tidak cocok di media C, tapi sangat cocok di media D. Ada begitu banyak alasan penolakan naskah.


2. Minder


Merasa tulisannya jelek. Bagaimana kita bisa tahu kalau tulisan bagus atau jelek? Jika kita malu untuk mempublikasikannya. Bisa disimpulkan bahwa minder adalah penyakit yang paling banyak menyerang para penulis pemula.
3. Membesar-besarkan masalah
Terlalu banyak alasan sepele, yang dikemukakan. Yang sebenarnya alasan-alasan tersebut bisa dicari solusinya.
“Saya ingin sekali menjadi penulis, tapi:
-Rumah saya sangat bising; banyak penghuninya dan terletak di tengah pasar. Tiap hari sangat gaduh. Tak ada tempat yang tenang untuk menulis.
-Saya tak punya komputer..
-Saya adalah pekerja kantoran yang serba sibuk. Pergi pagi pulang petang. Setiba di rumah, sudah malam dan saya mengantuk. Lagipula saya harus mengurus tiga anak yang semuanya masih kecil.”

4. Dikritik lalu mati
Berbahagialah jika anda menerima kritik, itu artinya masih ada orang yang memperhatikan. Kritikan menandakan bahwa naskah kita ada yang membaca dan mengapresiasi. Jangan pernah mati oleh kritikan, jadikan kritikan sebagai bahan bakar motivasi menulis.
5. Tidak Sabaran

Setiap penulis pasti ingin hari ini menulis, besok sudah terbit, dan selanjutnya langsung dipuji-puji karyanya. Padahal, untuk mencapai itu semua butuh kesabaran yang super. 


6. Malas Berusaha


Ini adalah penyakit yang bisa melanda siapa saja di bidang apa saja. Jadi, ini bukan penyakit khas para calon penulis.

Yuk dobrakl hal-hal di atas dengan cara :
  • Tetapkan motivasi kita menulis: (hobi, uang, prentasi, prestise dll)
  • Yakini tujuan menulis bukan sekedar menulis. Menulis dapat menjadi cara melepas stress, terapi awet muda, bahkan teman curhat yang asik.
  • Kembangkan ‘iri hati yang positif’
  • Bergabung dengan komunitas yang bisa melecut kita untuk tetap menulis.
  • Setelah melakukun rumus 3 M, lanjutkan lakukan rumus 3 B (Baca, Baca, Baca)

Ingatlah! Ada proses panjang dalam pencapaian manusia. Laluilah proses itu dengan sabar. Janganlah berhenti menulis!
Catatan:
Kalau bisa, jangan jadikan menulis hanya sebatas hobi. Karena hobi hanya dilakukan hanya saat kita suka dan mempunyai waktu luang, Jika kita ingin benar-benar menjadi penulis, jadikanlah menulis sebagi kebutuhan dan pilihan hidup. Juga jangan lupa letakkan motivasi ibadah diatas segala motivasi.
Untuk itu ada beberapa tips nih :
  1. Boleh kok meniru gaya menulis penulis idolamu. Lama-lama kamu juga akan menemukan gayamu sendiri.
  2. Jangan memaafkan untuk tidak menulis.Jika kita sudah mentargetkan untuk menulis, maka penuhilah 
    target itu. Entah 1 hari satu cerita, artikel, atau hanya satu paragraf. Jangan memafkan diri sendiri untuk tidak menulis sesuai target. Bila perlu beri reward dan punishment untuk diri sendiri jika kita memenuhi target atau melanggar.
  1. Kamu boleh menulis apa saja , semaumu, yang penting menulis.
  2. Mulailah menulis dari hal-hal kecil di seputar kehidupan-mu
  3. Menulislah, bukan ‘Menyunting’
  4. Buat target pribadi.


Semoga bermanfaat, agar motivasi dan semangat yang menyala-nyala tetap berkobar di hati kita. Karena itu adalah senjata utama meraih impian menjadi penulis sukses!   ^___^  Dan di atas semua itu, tetaplah motivasi utama dari apapun yang kita lakukan adalah semata-mata untuk ibadah, mencari ridho Allah :)


No one can guarantee your success, except yourself.” (Anonim)



Tuesday 16 August 2011

Sudut Pandang: Gampang-Gampang Susah (copas dari catatan salah satu guruku Teh "Ary Nilandari"

Sudut pandang, Viewpoint, atau Point of View (POV), secara sederhana, adalah bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam cerita, dan bagaimana ia menyampaikan cerita kepada pembaca. POV ditentukan saat mulai menulis. Digunakan konsisten dari awal hingga akhir cerita. Jadi tidak berubah-ubah sesukanya antaradegan. Ada beberapa pilihan POV:

1. POV orang pertama (aku): penulis menjadi si aku dalam cerita, mengikuti pikiran dan aksi si aku. Penulis tidak bisa menggambarkan apa yang tidak dilihat si aku, tidak bisa mengetahui perasaan yang tidak dirasakan si aku. POV ini dianggap paling mudah, terutama bagi penulis pemula, karena seperti menulis diari saja. Hati-hati: Apa pun yang diketahui si aku tidak bisa dirahasiakan dari pembaca. Karena pembaca menjadi si aku.
Contoh:
Aku berlari mendaki bukit secepat mungkin. Aku harus meloloskan diri! Jantungku berdegup  kencang dan otot-otot kakiku mengejang. Sampai di puncak bukit, aku menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutiku. Kudengar ia menggerung keras. Rasanya tak mungkin aku bisa lepas darinya. Jelas sekali ia marah karena tiga matanya terkena pasir lemparanku.

2. POV orang kedua (kau): sangat jarang digunakan. Penulis seperti mengamati tindak tanduk si tokoh (kau) melalui teropong, lalu menceritakan apa yang dilihatnya kepada si kau juga.
Contoh:
Kau berlari mendaki bukit secepat mungkin. Kau harus meloloskan diri! Kaurasakan jantungmu berdegup  kencang dan otot-otot kakimu mengejang. Sampai di puncak bukit, kau menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutimu. Ia menggerung keras. Tak mungkin kau bisa lepas darinya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir lemparanmu.

3. POV orang ketiga (dia/ia), subjektif, konsisten di satu tokoh sepanjang cerita. Batasannya hampir sama dengan si aku. Bedanya penulis masuk ke dalam kepala satu tokoh saja, si dia/ia, dan mengikutinya dengan konsisten. Hal-hal di luar pengatahuan si dia, tidak bisa digambarkan, seperti pikiran dan perasaan tokoh-tokoh lain. Dengan POV orang ketiga subjektif ini, karakter dan karakterisasi satu tokoh utama bisa dieksplorasi lebih dalam dan diperkuat. Hati-hati: Tidak mudah konsisten pada satu tokoh. Sering tanpa sadar penulis berpindah memasuki kepala tokoh lain. Diperlukan latihan dan pengalaman untuk menyadari perpindahan ini dan kembali ke jalurnya.
Contoh:
Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, Beno menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Beno mendengarnya menggerung keras. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir. Beno tersenyum getir. Cuma pasir yang dimilikinya untuk melawan makhluk itu. Ke mana Ilya saat ia butuhkan?

4. POV orang ketiga (dia/ia), subjektif, lebih dari satu tokoh. Penulis mengikuti dua atau tiga tokoh penting secara bergantian. Misalnya, ada tiga sahabat--Beno, Ilya, dan Denisa. Penulis memakai POV Beno di bab 1, Ilya di bab 2, dan Denisa di bab 3, dst. Berpindah-pindah pada segmen yang jelas. Eksplorasi tiga karakter utama pun jadi lebih kuat. Hati-hati: Tokoh minor sebaiknya tidak diberi jatah POV, karena hanya akan merampas ruang untuk karakterisasi tokoh utama. Biasanya POV seperti ini diterapkan pada novel. Jarang pada cerpen. Dalam cerpen, tokoh dan adegan terbatas, ruang gerak terbatas, lebih baik didedikasikan semaksimal mungkin untuk tokoh utama.
Contoh
(bab 1) Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, Beno menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Beno mendengarnya menggerung keras. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya. Jelas sekali monster itu marah karena tiga matanya terkena pasir. Beno tersenyum getir. Cuma pasir yang dimilikinya untuk melawan makhluk itu. Ke mana Ilya saat dibutuhkan? (dst mengikuti pemikiran Beno)

(bab 2) Ini desa mati. Ilya bisa merasakannya di udara. Keheningan yang aneh. Terlalu hening. Angin tak berembus. Air di palungan tak beriak sedikitpun. Ada genta angin dari kulit kerang tergantung di atap pondok terdekat. Rasanya Ilya mau memberikan semua uang di kantongnya sekarang untuk melihat genta itu berayun dan berbunyi. Ilya mengembuskan napas yang tanpa sadar ia tahan. Satu-satunya bunyi kehidupan. Lalu ia melangkah. Pasir berkeresek di bawah sandalnya. Satu lagi bunyi yang membuat keheningan semakin terasa. Aaah, di mana Beno saat ia membutuhkan anak itu! (dst mengikuti pengalaman Ilya)

5. POV penulis segala tahu, playing God, omniscient. Penulis mengetahui semua kejadian, perasaan dan pemikiran semua tokoh, di semua tempat dan waktu. Sering dianggap paling mudah karena penulis jadi seperti dalang, hanya menceritakan kejadian di sana-sini. Padahal omniscient berarti juga mengetahui pemikiran dan perasaan semua tokoh. Artinya, penulis harus pandai bermanuver ketika menceritakan interaksi dua tokoh yang saling berkonflik. Bagaimana emosi dan pemikiran  dua tokoh ini ketika mereka berdialog, misalnya. Tanpa kepiawaian ini, karakterisasi tokoh-tokohnya kurang tergali, eksplorasi emosi tidak mendalam, dan akhirnya seperti menggunakan POV orang ketiga objektif.
Contoh:
Beno berlari mendaki bukit secepat mungkin. Ia harus meloloskan diri! Jantungnya berdegup  kencang dan otot-otot kakinya mengejang. Sampai di puncak bukit, ia menoleh. Oh, tidak! Monster itu masih mengikutinya. Tak mungkin ia bisa lepas dari makhluk itu, pikirnya.

Di belakang Beno, Gora menggerung keras. Langkahnya dipercepat. Sebentar lagi ia bisa menyusul anak itu. Keterlaluan sekali kalau makhluk sekecil itu bisa lolos darinya. Si Perkasa Gora dari  Lembah Hitam tak pernah gagal menangkap buruannya. Apalagi buruan yang telah mempermalukannya di depan sang Raja. Ketiga mata Gora masih terasa pedih akibat pasir yang dilemparkan anak itu.

Sementara itu, di jendela menara, Denisa menurunkan teropongnya. Ia tak sanggup menyaksikan. Beno mungkin pandai berdebat, tapi terbukti caranya tak berhasil. Denisa yang harus bertindak sekarang. Beno dan Ilya harus mengakui, dialah  yang benar.

Denisa berpaling kepada Raja Lembah Hitam. “Panggil Gora pulang. Lepaskan Beno,” bisiknya lemah. "Kami akan membantumu."

Mendengar itu, Sang Raja tergelak. Mata majemuknya seolah berteriak serempak, "Apa kataku!" Lalu ia menjentikkan jari. Isyarat yang akan didengar jelas oleh Gora.  (dst.)

6. POV orang ketiga objektif. Penulis hanya narator yang menceritakan peristiwa, tanpa menggambarkan perasaan atau pemikiran tokoh-tokohnya. Karakterisasi tidak dipentingkan. Tetapi ceritalah yang dibuat menarik sehingga pembaca ingat pada tokoh-tokohnya. Contohnya adalah dongeng-dongeng tradisional dengan tokoh hitam-putih. Sudah ditentukan oleh penulis dari awal, siapa yang baik siapa yang jahat melalui deskripsi singkat, bukan melalui perkembangan dramatis.

7. POV campuran. Lazimnya, novel menggunakan sudut pandang tunggal, orang kesatu atau ketiga. Tapi banyak penulis (terutama sastra), menggunakan campuran keduanya. Untuk satu tokoh, penulis konsisten menggunakan aku. Lalu untuk kejadian-kejadian yang si aku tidak hadir di sana, penulis menggunakan POV orang ketiga omniscient atau terbatas. James Patterson sering menggunakan POV campuran ini dalam novel-novelnya, antara lain serial Maximum Ride.

Semoga terasa bedanya ya. Silakan bereksperimen.
Seperti aku bereksperimen dengan contoh-contoh di atas, yang sebagian aku karang dadakan. Bukan diambil dari novelku yang sudah terbit.

Salam kreatif
Ary Nilandari
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...