Sunday 3 April 2016

Waspadai Alergi, Penghambat Tumbuh Kembang Anak

Kualitas kehidupan seorang anak saat dewasa ditentukan sejak 1000 hari pertama kehidupannya. Bagaimana jika sejak dini anak sudah terdeteksi Alergi? Tentu proses tumbuh kembangnya akan sangat terganggu.











Mendengar kata alergi, saya langsung bergidik, membayangkan kulit ruam-ruam merah, terasa panas dan gatal. Ya, saya alergi terhadap salah satu jenis obat, antibioka dengan kandungan tertentu.

Tubuh saya langsung bereaksi ketika kemasukan obat itu meski dosis kecil sekalipun. Bahkan, saat terjadi alergi untuk keduakalinya tidak hanya ruam merah, bahkan kulit sampai melepuh, hitam seperti terbakar hiii... ngeri membayangkannya kembali.

Ketika saya menikah dan punya anak,  yang menjadi kekhawatiran, bagaimana jika alergi menurun pada anak-anak saya. Karena alergi saya menurun dari Mama. Alhamdulillah, kedua anak saya sampai detik ini terbebas dari alergi. Tapi saya tetap ingin tahu lebih lanjut tentang alergi, karena Aisyah, akhir-akhir ini beberapa kali bibirnya bengkak sehabis makan udang atau cumi-cumi. Padahal sebelumnya tidak.


Dan saya pun tidak membuang kesempatan ketika Sarihusada mengadakan acara Nutritalk - Nutrisi Untuk Bangsa.  Pagi, tanggal 31 Maret 2016 lalu, saya rela memacu sepeda motor dari Sidoarjo menuju ballroom C Hotel JW Marriot Surabaya demi mencari ilmu tentang alergi.




Oh ya, sebelum talk show yang mengambil tema “Early Life Nutrition, Dasar-Dasar dan Pedoman Praktis Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi.” berlangsung, para peserta mendapat kejutan di depan ballroom. Kami dipersilakan untuk bermain-main di tiga booth yang tersedia. Kami harus mengumpulkan stamp di masing-masing booth.


Serius mendengarkan, di booth pertama

Booth 1000 Hari Pertama Kehidupan

Di both pertama ini, diberi penjelasan tentang 1000 hari pertama kehidupan yang sangat penting untuk dilalui setiap anak. 1000 hari pertama yang dimulai sejak janin dalam kandungan. Lalu saya harus memutar roda keberuntungan, dan mendapat pertanyaan sesuai jarum penunjuk saat roda berhenti.

memutar roda keberuntungan
Booth Yuk Kenali Alergi Susu Sapi

Berlanjut di booth kedua. Ini yang paling seru! Peserta diminta berdiri di depan monitor untuk selfi dengan pilihan foto dengan efek reaksi alergi, ada wajah bintik, hidung berair, bibir bengkak, dan diare. Untuk bisa mencetak hasil foto, peserta harus menjawab pertanyaan yang muncul yaitu tentang deteksi dini gejala alergi di layar monitor. Hihihi… hasil fotonya lucu-lucu.


pilih efek wajah bintik ajah

Booth Alergi Care

Di booth ketiga, kami mendapat penjelasan tentang apa itu alergi, dan cara menghitung risiko alergi. Peserta dipersilakan, untuk mencoba menghitung risiko alergi dari laptop dan tablet yang telah disediakan.

bisa langsung dicoba dengan mengunjungi www.alergianak.com
Serius mendengarkan tentang alergi
Taraa… sudah selesai, tiga stamp juga sudah berhasil dikumpulkan. #Nutritalk akan segera dimulai. Saya menuju meja yang tepat berada di samping pintu masuk ball room, menukarkan kartu stamp dengan hadiah. 


Alhamdulillah... pas payung lipat rusak, pas dapat gantinya :) 
Di pintu masuk, seorang perempuan cantik yang tinggi semampai, tersenyum ramah menyambut. Hmm… sepertinya saya tidak asing dengan dengan wajah berhias hidung mancung indah ini. Yup, dr Lula Kamal, akan menjadi MC, menemani kami di acara ini.


Meja-meja bundar dengan kursi berbalut satin putih berpita merah sudah tertata rapi. Kami duduk berkelompok , melingkar, dengan wajah semringah siap menyerap ilmu pagi ini. 

Mbak Rahma lagi tanya-tanya
Bapak Ahmad Hamdani, perwakilan dari Sarihusada mengawali sambutannya. Beliau mengatakan bahwa sebagai produk asli Indonesia, Sarihusada dengan acara nutritalk kali ini sebagai kepedulian dan bagian komitmen perusahaan untuk memberikan edukasi pada masyarakat. Terutama tentang alergi dan langkah-langkah pencegahannya.

Bp. Ahmad Hamdani dari Sarihusada
Pada Nutritalk kali ini, juga diperkenalkan Kartu Deteksi Dini UKK Alergi Imunologi yang diterbitkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 

Sekarang, mari kita simak apa saja yang disampaikan oleh para ahli. Sudah tidak sabar kan?

DR.Dr. Anang Endaryanto , SpA(K) – Ahli Alergi Imunologi

Manajemen terpadu dari Alergi Protein Susu Sapi

Sebelum saya bercerita panjang lebar tentang hasil ‘ngangsu ilmu’ dari DR. Dr. Anang Endaryanto, mari kita cari tahu apa itu ALERGI?

ALERGI adalah reaksi yang berbeda/menyimpang dari normal terhadap rangsangan zat dari luar tubuh (system Alergen). Penyebab alergi bisa bermacam-macam, umumnya adalah makanan, debu rumah, dan bulu binatang.

Anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi, berisiko mengalami alergi sebesar 40% - 60 %. Resiko ini menjadi lebih besar jika kedua orang tua memiliki riwayat alergi dan manifestasi sama, yaitu 60% - 80%. 

Sedangkan anak-anak dengan salah satu orang tua memiliki riwayat alergi, berisiko alergi 20% - 30%. Jika ditambah ada saudara yang memiliki riwayat alergi, risiko semakin meningkat yaitu 25%-30%. 

Bahkan anak dengan orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi sama sekali pun masih mempunyai risiko alergi sebesar 5% - 15%. Jadi jangan merasa tenang-tenang dan bahagia dulu bagi orang tua yang tidak punya riwayat alergi, tetap harus waspada juga.  

DR. Dr. Anang Endaryanto SpA(K)
Yang perlu diperhatikan oleh para orang tua, sebesar apa pun risiko yang dimiliki anak, yang perlu diperhatikan adalah penanganan secara dini, sehingga anak terhindar dari dampak jangka panjang alergi. Sehingga tumbuh kembangnya tidak terhambat. Penanganan tersebut dengan mengenal gejala alergi, mencari penyebab allergen pemicu, dan selalu memantau asupan nutrisinya. 

Alergi digolongkan termasuk dalam penyakit kronis, karena angka kejadiannya semakin meningkat. Alergi juga merugikan proses tumbuh kembang anak, bagaimana tidak coba? Anak yang alergi menjadi harus hati-hati terhadap makanan, otomatis nutrisinya berkurang. Waktu istirahat juga akan terganggu karena sering sakit.   Alergi hanya mengenai anak dengan bakat alergi (atopi) yang diturunkan oleh orang tua. 


Karena itu, jika sudah diketahui, salah satu atau kedua orang tua memunyai alergi, maka harus lebih mewaspadai alergi itu akan menurun pada anak-anaknya. Dan harus mendeteksi, mengenali, dan menanganinya sejak dini. Karena anak yang memiliki alergi (makanan) akan rentan terkena alergi dari luar, seperti alergi debu, dan bulu binatang. 

Jangan pernah meremehkan alergi pada anak yang berupa ruam-ruam merah pada kulit ya, karena jika tidak cepat ditangani, alergi akan menjalar pada saluran napas, paru-paru, dan pencernaan. Lama-kelamaan akan beresiko menyebabkan asma dan sakit saluran pencernaan. 

Sebagai orang tua, kita harus melakukan penanganan sejak dini terhadap bayi alergi dengan cara yang efektif  seperti di bawah ini :
1. Deteksi dini alergi , bayi ini alergi atau tidak? 
2. Deteksi jenis alergi, bayi tersebut alergi terhadap apa? 
3. Kontrol penyebab alergi,bayi tersebut harus diapakan ? 

Kadang sebagai orang tua kita dibuat bingung, jika anak menunjukkan gejala sakit kita sulit mendeteksi dan membedakan apakah itu alergi atau infeksi. Karena penangan keduanya sangat berbeda. Berikut ini cara mendeteksinya :

Apakah sakit anak disertai demam, siang lebih dominan dari pada pagi atau malam, riak(ingus) kental berwarna? 

Jika jawaban dari pertanyaan di atas adalah TIDAK, maka kemungkinan itu ALERGI. Tapi jika salah satu ada jawaban YA, maka kemungkinan INFEKSI

Alergi memang selalu disebabkan oleh Alergen (seperti makanan, debu, bulu binatang) tapi ada beberapa hal yang bisa menjadi pencetusnya. Seperti udara (kedinginan/kepanasan), sakit flu, lari-larian (kecapekan)

DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) mengatakan, “Penyakit alergi timbul karena system imun tubuh anak memiliki sensivitas yang berlebihan terhadap protein asing yang bagi anak lain tidak berbahaya.”

Bagaimana cara menduga penyebab alergi?

Kita bisa melakukan cara eliminasi dan provokasi selama jangka waktu tertentu, untuk mendapat jawaban terhadap sesuatu yang menjadi ‘tertuduh’ penyebab alergi.

Alergi Makanan: diet eliminasi (hindarkan anak dari makanan yang diduga menjadi penyebab alergi) selama 2 – 3 minggu, diamati, lalu dilanjut kan diet provokasi (yaitu memberi makanan itu kembali misal minum susu sapi selama seminggu berturut-turut) , jika kembali dampaknya, berarti dia (anak) alergi.

Alergi Bulu Bintanang : eliminasi (hindarkan, jauhkan) anak dari binatang yang diduga menjadi pencetus alergi selama minimal 6 bulan, dan dilanjut kan provokasi. Jika dampaknya kembali lagi berarti dia (anak) alergi.

Alergi Debu Rumah: Tidak bisa dielemininasi, Jika keadaan bersih anak akan sembuh, kemudian muncul pilek setelah terkena debu, maka itu adalah alergi

Untuk lebih meyakinkan, dan hasilnya lebih akurat, sebaiknya dilakukan Tes untuk mengetahui alergi dengan medis. Yaitu Scratch Test. Test ini isa dilakukan kapan saja, bahkan sejak bayi berusia 2 minggu.

Alergi Susu Sapi 

Salah satu alergi yang sangat mengganggu proses tumbuh kembang anak adalah Alergi Protein Susu Sapi. Alergi ini, 4 kali lebih besar gangguannya terhadap tumbuh kembang anak. Anak-anak dengan resiko alergi protein susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi. Karenan interaksi antara satu atau lebih protein susu dengan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh. 

Alergi Protein Susu Sapi, paling harus dicermati dan ditangani sejak dini. Karena di samping menggangu proses tumbuh kembang, alergi ini beresiko menyebabkan penyakit /alergi lain, seperti, Asma 71%), Pilek Alergi, Eksim, dan alergi debu rumah.


Gejala yang ditimbulkan karena anak alergi terhadap susu sapi bisa menghantam saluran cerna (diare, nyeri perut, kolik) atau menyerang kulit berupa biduren, dermatitis atopic yang bisa berlanjut menjadi asma atau sinusitis. 

Cara melakukan Diagnosis Alergi Susu Sapi :

Untuk mendiagnosis riwayat perjalanan penyakit, harus melakukan catatan makanan harian, uji alergi jika diperlukan. Bisa juga dengan uji eliminasi dan provokasi (seperti dijelaskan di atas)

Perlu diketahui, bahwa 1 dari 12 anak memiliki risiko alergi protein susu sapi. Dan 1 dari 25 anak mengalami alergi protein susu sapi. Jadi jenis alergi ini memang salah satu penyakit yang perlu diperhatikan dan diwaspadai terjadi pada anak.

Lalu bagaimana cara penanganan secara dini terhadap alergi protein susu sapi? Bukankah susu sapi dan bahan olahannya adalah makanan tambahan yang diperlukan bagi anak-anak? 

1. mengindarkan protein susu sapi dan semua produk olahannya untuk dikonsumsi anak (keju, es krim, biscuit dll)
2. Pemberian ASI : Apapun alasannya, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.  Berikan Asi eksklusif selama 6 bulan, dilanjutkan hingga 2 tahun. Tapi, ibu pantang susu sapi dan produk olahannya. 
3. Pemberian susu formula: jika memberikan tambahan susu formula, berikan susu formula terhidrolisis , formula asam amino, atau susu soya. 

untung saya tidak alergi susu sapi dan turunannya, jadi kue2 ini aman :))

Pencegahan Alergi

Untuk 1 dari 12 anak yang memiliki risiko, bagaimana mencegah agar alergi tidak tercetus?

- Berikan ASI ekslusif hingga 6 bulan
- Berikan Susu Hidrolisat Parsial selama kira-kira 4 – 6 bulan untuk anak yang tidak mendapatkan ASI, menurunkan risiko Dermatitis Atopi sehingga menghemat pengeluaran keluarga. Karena jika sudah terkena alergi maka anak jadi sering sakit kan? Wahh... urusan jatah setoran ke dokter untuk biaya berobat akan semakin besar. Jadi lebih baik mencegah daripada mengobati. Ya kan?

Meskipun ada susu alternative (hidrolisa parsial) untuk menghindari alergi protein susu sapi, ASI tetap merupakan solusi dan plihan tepat dan utama. Ingat-ingat ASI ASI ASI ya Bund :) 

*Protein Terhidrolisasi Parsial adalah protein susu yang telah melalui proses yang unik. Protein dipecah menjadi bagian yang lebih kecil, sehingga berkurang alergenitasnya. 

Ukuran massa molekul protein yang lebih kecil memudahkan nutrisi yang dikandung dicerna dan diserap tubuh. 

DR. Dr. Anang Endaryanto menambahkan, “ Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian nutrisi dengan protein terhirolisis parsial sebagai salah satu langkah praktis, upaya intervensi nutrisi bagi anak dengan faktor risiko tidak toleran protein susu sapi. Juga untuk pencegahan terhadap anak yang telah terpapar alergen, dengan tujuan agar reaksi alergi tidak berulang, bertambah berat, maupun tidak terbawa hingga dewasa.”

“Namun jika anak telah untolerant terhadap protein susu sapi, maka pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisi parsial tidak efektif lagi. Dan satu-satunya alternative nutrisi bagi anak yang alergi protein susu sapi adalah formula dengan isolate protein kedelai. 

DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K)

Dampak Alergi terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Mari kila lanjut ke sesi kedua. Seperti telah disebutkan di atas, Alergi menjadi pencetus ganguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kualitas kesehatan dan hidup seorang anak ketika dewasa ditentukan oleh kesehatan janin sejak dalam kandungan, hingga ia beranjak remaja. 

Kesehatan, Kecerdasan, dan Berperilaku Baik adalah hasil tumbuh kembang anak yang diharapkan oleh setiap orang tua. Dan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup seorang anak (seperti perilaku sosial, performa di sekolah, prestasi akademik) adalah, ALERGI. 

DR. Dr. Ahmad Suryawan, SPA(K)
Gangguan tumbuh pada anak alergi biasanya terjadi pada gangguan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepalanya.

Gangguan perkembangan pada anak alergi, biasanya ganguan pada penglihatan, pendengaran, motorik, kemampuan bicara, dan personal sosial emosinya. Hal itu terjadi karena dampak perjalanan alami kondisi alergi yang lama dan berlarut-larut, pada kondisi kronis (alergi dalam jangka panjang), efek samping obat-obatan yang diberikan, aspek lingkungan juga akan menggangu. Ternyata efek alergi begitu luas ya? 

Dampak perjalanan alami kondisi alergi, bisa dilihat dari hilang timbul (kambuhan), biasanya sulit diprediksi kapan munculnya, karena pantang makanan yang berlebihan, anak akan kurang nutrisi. Bila alergi berat, maka anak akan sering keluar masuk rumah sakit.  

Efek Samping Obat. Anak yang Alergi, akan sering diberi obat-obatan, yang terkadang menimbulkan berbagai efek samping. Efek ringannya seperti anak rewel, mengantuk, dan sulit makan. Tapi jika berat, efek obat-obatan akan mengganggu tumbuh kembangnya.

Alergi yang berkepanjangan/kronis menyebabkan, anak akan terganggu aktivitasnya, pola tidurnya, anak dan orang tua juga akan mengalami stress karena sakit yang berulang kali. Yang pasti akan tergangu pertumbuhan dan perkembangannya, serta perilaku emosinya. 

Pengaruh aspek lingkungan pada anak alergi, hal ini tidak boleh diremehkan, karena anak alergi bisa menjadi korban bully oleh teman-temannya, mungkin karena kondisi tubuhnya lemah, kulitnya yang penuh bercak, dll. Anak juga akan hidup di lingkungan yang penuh stress, orang tua menjadi over protektif, sehingga anak terbatas gerak dan aktivitasnya. Bayangkan saja, anak-anak yang lagi aktif-aktifnya, dilarang ini itu waah... pasti butuh kesabaran dan ketelatenan ekstra.

Dan, inilah GONGnya! Dari semua alergi, yang paling menggangu pertumbuhan dan perkembangan adalah  #AlergiProteinSusuSapi. Mengapa? Karena menyebabkan berat badan dan tinggi badan kurang, anak juga mengalami ganguan perilaku sosial.

Jika gejala alergi, terutama alergi protein susu sapi telah terdeteksi, maka yang perlu dilakukan adalah mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Caranya:

- Kenali tanda dan gejala alergi sejak dini
- Deteksi pola pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini
- Kerjasama lintas keahlian dokter (alergi, tumbuh kembang, nutrisi, psikiater anak dan psikologi jika diperlukan )


Ayo hitung risiko alergi nanda dengan kartu ini :)

Mendengarkan paparan dari para nara sumber di atas, sepertinya kok nyali orang tua jadi ciut ya? Apalagi bagi orang tua yang punya riwayat alergi, dan mempunyai anak yang alergi, jadi galaw mau nambah momongan huhu. 

Ini hasil prosentase hitungan risiko alergi
Kata para pakar kemarin sih, tidak perlu cemas,karena alergi bisa dicegah bahkan bisa diobati. Asal bisa mendeteksi dan mengenali tandanya lebih sejak sedini mungkin. Dan lakukan langkah-langkah seperti tersebut di atas. Karena deteksi, penanganan alergi pada anak di bawah usia kurang dari 6 tahun, akan lebih mudah proses penyembuhannya.

Dan yang penting dan perlu diperhatikan, jangan pernah menunda untuk berkonsultasi dan terapi ke dokter pada anak dengan kasus alergi. Sehingga dampaknya tidak terlanjur berlarut-larut, sehinga menghambat tumbuh kembangnya.

Alergi juga bisa terjadi karena faktor dari luar, seperti makan makanan yang tidak segar, biasanya sering terjadi pada makanan jenis sea food. Karena ikan yang tidak segar sudah mengandung histamine pencetus alergi. Faktor daya tahan tubuh setiap orang juga mempengaruhi. Nah, ini dia jawaban atas pertanyaan saya tentang alergi yang muncul tiba-tiba pada Aisyah :)

Untuk alergi terhadap debu rumah, karena tidak bisa dilakukan terapi eliminasi dan provokasi, bisa disembuhkan dengan pemberian vaksin imunotherapy sebanyak 28 kali. (weww… harus telaten)

Untuk informasi lebih lanjut, dapatkan informasi lengkap seputar anak dan alergi dengan mengunjungi website : www.alergianak.com


Seperti biasa foto keluarga  yang nyekrek www niarningrum dotcom :)

Alhamdulillah, acara selesai, kami pulang dengan senyum merekah. Disamping bertabur ilmu, acara juga berlimpah hadiah. Bahagia Emak2 Blogger Surabaya ngeborong hadiah live tweet. Asiikk... Terimakasih Sarihusada-Nutrisi Untuk Bangsa untuk Nutritalk-nya :) 


Ditungu event #Nutritalk berikutnya :) 

Mari deteksi sejak dini risiko dan gejala alergi pada anak, agar tumbuh kembang anak tetap optimal :)

4 comments:

  1. Replies
    1. Aiihhh .... cantik seperti mbak Titi deh :) makasih sudah berkunjung mbak :)

      Delete
  2. Replies
    1. Terimakasih untuk kunjungannya Bunda Vian :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...