Monday 22 February 2016

Review : Film 'I am Hope' Kekuatan Harapan, Cinta dan Keluarga


Hari Minggu, tanggal 21 Februari, di antara mendung manja, dan gerimis mesra, saya meluncur menuju Ciputra World di Jl. Mayjen Sungkono Surabaya. Rasanya sudah nggak sabar menanti acara meet dan greet dengan produsen dan para pemain film “I Am Hope” dan tentunya nobar film-nya.

Gaung film ini sudah saya dengar sejak sebulan yang lalu. Film yang menyedot banyak perhatian, karena diawali dengan gerakan yang dinamakan Gelang Harapan, “Bracelet of Hope” . Melalui gerakan inilah, mereka menebar banyak harapan pada banyak orang. 

Meskipun saya agak kecewa, karena sesuatu hal saya tidak bisa menyaksikan meet & greet bersama sutradara, produsen dan para pemain. Kaki saya juga sampai gempor karena harus keliling mall sambil menunggu waktu pertunjukkan yang ternyata jadwalnya berubah mendadak. 

Padahal saya pingin banget bertemu dengan pasangan keren Wulan Guritno dan Adilla Dimitri yang membidani lahirnya film ini. Tapi cukup terobati dengan bisa menyaksikan filmnya, yang ditayangkan serentak mulai tangal 18 Februari 2016.

Hiks sayang cuma bisa melihat mbak Wulan sekilas saat simpangan di eskalator (Foto dari kepoin IG CW)

Salah satu yang selalu saya tekankan setiap melihat sebuah film, ketika keluar dari studio pertunjukan, saya harus mendapatkan sesuatu dari film yang saya tonton. Entah sebuah pencerahan, entah inspirasi, entah cuma satu rasa yang bisa menyusup ke dalam benak. 

Nah, apa yang penonton bisa dapatkan ketika keluar dari bioskop setelah menonton film I am Hope? 

Melalui jalinan kisah seputar Mia sang tokoh utama yang diperankan dengan sangat apik oleh Tatjana Saphira, penonton paling tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa di tengah perjuangan paling berat sekalipun, selalu ada sumber-sumber kekuatan dan harapan yang menjadi berkah tersendiri. Baik itu melalui keluarga maupun teman dan sahabat kita.

Film I am Hope menekankan tentang nilai universal yang kita jumpai di keluarga Indonesia, yaitu kekeluargaan dan pertemanan yang erat. 

Bagaimanapun beratnya suatu perjuangan hidup, kita tidak boleh menyerah. Apalagi ditambah kehadiran keluarga , teman dan sahabat di sekitar. Kita bisa berharap adanya sumbangan kekuatan dari mereka untuk menghadapi apapun masalah dan harapan yang sedang kita perjuangkan. 

Film ini memang mengangkat suatu kisah seputar pejuang kanker, sebagai suatu symbol perjuangan yang dinilai cukup berat oleh banyak orang. Juga memberi dampak besar bagi keluarga. 

Namun pesan yang ingin disampaikan dan diangkat dari film I Am Hope diharapkan bisa mengispirasi penonton secara lebih luas. Tidak hanya terbatas pada para pejuang kanker dan keluarganya. Namun pada perjuangan hidup pada umumnya. Bahwa apapun cobaan yang sedang dihadapi, dukungan dan kehadiran keluarga, cinta kasih dari teman dan sahabat adalah sumber harapan yang memberi kekuatan. 

Sinopsis :


Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama Mia (Tatjana Shapira) seorang pemimpi yang sangat percaya bahwa mimpi-mimpinya akan menjadi nyata. Dan salah satu impian terbesarnya yang dipupuk sejak kecil, adalah membuat sebuah pertunjukan teater. Di tengah kesibukannya merajut dan mewujudkan impiannya, Mia divonis kanker. Penyakit yang sama yang telah merenggut nyawa Ibu-nya.



Bagaimana kisah perjuangan Mia? Bagaimana akhir hidup Mia, dan bagaimana nasib pertunjukan teater impiaannya? Penasaran kan? Segera nonton kalau penasaran. 


Review : 


Alur ceritanya sih biasa saja. Seperti umumnya film Indonesia, mudah ditebak. 

Biasanya, jika saya nonton film ada perasaan dominan yang merebak dalam dada. Entah itu perasaan bahagia, tertawa terpingkal dari awal hingga akhir, atau perasaan takut mencekam sampai rasanya dihantui, atau perasaan melow hingga termehek-mehek. 



Tapi, herannya saat saya menonton film I am Hope kemarin, saya larut dalam alur dan jalinan ceritanya. Tapi herannya saya kok tidak sampai meneteskan air mata, padahal biasanya paling gampang mewek, sampai termehek-mehek kalau nonton film yang agak sentimentil. 


Yup! Film ini memang beda. Dibalik kisah pilu seorang pejuang kanker, sepanjang film ini dipenuhi dan ditaburi dialog-dialog ciamik dengan diksi yang ok banget. Dialog yang menurut saya sangat penuh harapan, bertabur cinta, dan selalu ada senyum dan semangat di balik penderitaan sepahit dan seburuk apapun.

Semakin penasaran kan dengan filmnya? Makanya jangan sampai ketinggalan, selain akan membawa pulang sebuah rasa berbeda, kalian juga ikut berbagi dari hasil penjualan tiketnya. Atau jika kalian ingin menyimpan kenangan sekaligus berbagi kebahagiaan, kalian bisa membeli "Gelang Harapan" 

Membeli gelang ini, adalah Memberi Harapan



Judul Film : I am Hope

Produksi : Alkimia Production

Digawangi oleh : Wulan Guritno, amanda Soekasah, dan Janna Soekasah Joesoef

Produser & Sutradara : Adilla Dimitri

Director of Photography : Yudi datau

Film ini dipersembahkan dan didukung oleh : Wardah, Kaningga Pictures, Berlian entertainment, Ciputra Artpreneur, Blue Bird, Ghea Fashion Studio dan Oasis


Pemain :

Tatjana Saphira : Sebagai Mia
Alessandra Usman : Maia, sahabat Mia

Tio Pakusadewo : Raja, Ayah Mia 



Siapa yang nggak kenal Tio Pakusadewo coba? Di film ini aktingnya kece banget. Yang bikin sentimentil sebenernya ya si Ayah Mia ini. Selain menampilkan dua artis muda pendatang baru yang sangat berbakat, Tatjana Saphira dan Alessandra Usman, Film ini didukung oleh aktor dan aktris kawakan yang tidak diragukan lagi debutnya. Ada Fachry Albar, Feby Febiola, Fauzi Baadilah, Kenes Andari, Ario Wahab, Ray Sahetapy dan Ine Febriyanti.


Oh ya, saya sempat ikutan menebak ending dari film ini, dan ternyata ending yang saya harapkan ... (Hmm... lihat sendiri filmnya ya). Kalau pingin ngintip ending versi saya, triller film dan soundtrack nya boleh diintip di sini :) 




Dimana ada HARAPAN, disitulah Ada KEBERANIAN 


11 comments:

  1. Mbak vanda, itu link disini ngak bisa buka deh mbak.

    Asyik yg liat film nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, iya :( Udah aku benerin Niar, makasih :) Kemarin Niar pulang ya?

      Delete
  2. Sayang kenapa hanya akting Tio Pakusadewo yg bisa menghidupkan film ini, yg lain justru seperti figuran. Padahal sebaliknya ya *imho

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyup mbak betul, Tio adalah nyawa di film ini.

      Delete
  3. aku pokus ke Maia-nya mbaaa... hahaha...

    ReplyDelete
  4. Saya terpukau sama akting beberapa pemain di film ini Bu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi aku tahu para gadis yang duduk di deretan belakang histeris dengan akting Fakhry :D

      Delete
  5. Ide cerita yang sip banget, dipadu gimmick yang cihuy. Keren! Keren!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk! Mari apresiasi karya anak negeri, gitu ya mbak Nurul :)

      Delete
  6. ide ceritanya menarik banget.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...