Tuesday 13 October 2015

Bijak Mengelola Keuangan, Bersama Sun Life

Akhir-akhir ini kepala saya sering dibuat pening dengan harga-harga berbagai kebutuhan hidup yang melambung tinggi. Apalagi anak-anak semakin beranjak besar. Kadang timbul pikiran, "Bisa nggak ya, kami membekali mereka dengan pendidikan setinggi mungkin?" Sering bengong mendengar cerita teman yang bercerita biaya kuliah anaknya yang puluhan hingga ratusan juta. Duuh... itu bayar pakai uang apa daun?


Beruntung dan bersyukur sekali, saya datang di ancara 'Jumpa Blogger Sun Life' yang diadakan tanggal 12 September 2015 lalu, di Rocca Restoran Artotel Hotel Surabaya.

Sempat futu dulu sebelum masuk. Makasih mbak Avy u cekrekannya :)



Banner di depan pintu masuk


Perjalanan menembus kemacetan lalu lintas dan sengatan matahari dari Sidoarjo, sebanding dengan apa yang saya dapat. Goodie Bag berisi handuk berlogo Sun Life, satu bundel materi, hidangan makan siang yang cukup menggoyang lidah, ruang lobby yang ditata apik, dan yang paling penting sharing ilmu yang top markotop dari Pak Alviko memuaskan semua panca indra saya hari itu.



Gudibag dari Sunlife

Acara diawali dengan sambutan oleh Ibu Sherly, selaku Head Office of Marketing Sunlife Indonesia. Dari Ibu Sherly lah saya baru nggeh jika Sun Life  berdiri di Indonesia sejak tahun 1995. Dan hebatnya lagi sudah merambah di 58 kota di seluruh Indonesia. Kemana saja ya saya selama ini? hehe. Sedangkan Kantor pusatnya di Canada sudah ada sejak 150 tahun lalu. Wow.... satu setengah abad. Tentunya sudah tidak diragukan lagi kredibilitas perusahaannya.

Mendengar nama lembaga keuangan seperti Bank atau Asuransi, saya seringkali bertanya-tanya ada unsur riba nggak ya produk-produknya?  Dari informasi yang disampaikan bu Sherly, Sun Life ternyata telah meluncurkan produk berbasis syariah. Jadi bisa menjadi alternatif bagi kita untuk berinvestasi tanpa takut ada unsur riba. Ada lagi satu program dari Sun Life yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan literasi keuangan. Program itu bernama Sunbright.



Agar cacing-cacing di perut tenang, sebelum acara dimulai, makan siang dulu
 
Lobby Artotel yang ditata apik

Kini tibalah acara yang ditunggu. Saya sudah penasaran banget dengan pak Alviko, sebab pas ketemu di belakang, saat sholat Dhuhur sebelum acara dimulai, saya lihat orangnya masih muda banget dengan postur tubuh tinggi besar dan senyum yang selalu menghiasi bibir. Saat saya membaca profilenya, wow juga prestasinya. Sampai-sampai gelar di belakang namanya berderet-deret. Alviko Ibnugroho, MM, RIFA, RFC, ICSA, AAAIJ  (Magister Manajemen dari UGM, Register Islamic Financial Associate, Register Financial Consultan, Ahli Ajun Suransi Indonesia Jiwa, International Customer Service Sertification)

Alviko Ibnugroho

Sebagai pemecah kebekuan, Pak Viko melemparkan pertanyaan, "Apakah Anda merasa sudah kaya? Jika sudah, hal apa yang membuat Anda merasa kaya?"

Pak Viko menunjuk acak. Bermacam-macam jawaban meluncur dari peserta. Ada yang merasa kaya jika sudah menikah, jika sudah punya rumah, jika punya mobil dan sebagainya. Ternyata jawabannya sangat sederhana, "Saya sudah kaya jika saya BERFIKIR KAYA". Kemudian pak Viko memberi pernyataan yang semakin menohok, "Menjadi kaya adalah pilihan, asal kita mau berkorban dan berani malu." Langsung saja seisi ruangan Gerr... Hihi iya, kalau pingin kaya ya harus berani malu kakak! Maksudnya tidak perlu gengsi, menuruti hawa nafsu hanya untuk memenuhi keinginan (bukan kebutuhan) yang tak pernah terpuaskan. Sekali lagi catet yaa... Kalau ingin menjadi kaya syaratnya : Harus yakin kalau bisa kaya, berani berkorban dan berani malu. Satu lagi yang perlu dicatet, lebih mudah menekan pengeluaran dari pada menambah penghasilan.

Dan yang bikin kita, termasuk saya susah menjadi kaya kata pak Viko adalah karena kebanyakan dari kita untuk bermimpi menjadi kaya saja tidak berani, apalagi sungguh-sungguh menjadi kaya, yang butuh kerja keras dan pengorbanan. Dipikir-pikir betul juga ya... hehe makanya mulai sekarang jangan takut bermimpi jadi orang kaya.

Pernyataan pembuka dari Pak Vico yang menohok :D

Dapat ilmu baru lagi dari pak Viko. Ternyata hidup manusia melalui 3 fase financial (Life Cycle) Yaitu :

- Usia 20 tahun, dimana orang mempunyai banyak waktu luang tapi punya sedikit uang. Usia-usia remaja, anak kuliahan yang waktunya banyak dihabiskan untuk kongkow, tapi uang masih minta sama ortu.

- Usia 30 -35 tahun. Pada usia ini, orang sudah mulai berkurang waktunya (cukup), tapi uangnya lebih banyakan dari usia 20 tahunan. Usia-usia ini adalah usia produktif. Dimana sedang giat-giatnya bekerja.

- Usia 40 - 50 tahun. Pada usia ini, orang sudah mulai hanya punya sedikit waktu tapi uangnya sudah banyaakk.

Nah, saya masuk fase yang mana ya? Jika usia saya di rentang fase ketiga tapi kondisi uang saya ada di fase kedua atau pertama berarti ada yang salah nih. Makanya saya harus terus menyimak sampai tuntas tas.

Ehh... pak Viko belum puas juga melempar pertanyaan, kali ini pertanyaannya adalah, "Apa yang akan anda lakukan jika punya uang 100 juta di luar penghasilan rutin?" 
Langsung dong muter nih pikiran, membayangkan kalau ujug ujug kejatuhan uang 100 juta. Kalau saya pasti langsung buat bayar ONH :) Ternyata lagi-lagi jawabannya bermacam-macam. Ada yang beli tanah, beli mobil, buat kos-kosaan, dan ditabung adalah jawaban terbanyak. Jadi bisa disimpulkan bahwa memang kebanyakan dari kita masih ragu bahkan takut untuk berinvestasi.

Padahal kata pak Viko, investasi tidak melulu harus sesuatu yang besar. Bisa dengan setiap kita punya uang di luar penghasilan rutin meskipun hanya 500 ribu langsung saja dibelikan anting bayi. Hahh? buat apa? Tenang, nanti ada uang lagi beli anting bayi begitu seterusnya, lama-lama bisa terkumpul ditukar perhiasan yang lebih besar, atau emas batangan 5 gr atau 10 gr. Karena investasi itu akan tumbuh, sedangkan kalau kita menabung, semakin lama nilai uang akan tergerus inflasi  yang semakin membubung. Hmm... *mangut-manggut 

Selanjutnya inilah 8 dosa manusia dalam mengelola keuangan. Hah? Kok bisa DOSA? Yup dosa, karena seperti kita tahu, bahwa dosa adalah kesalahan yang disadari, tapi tetap saja dilakukan berulang-ulang. Mari kita daftar dosa-dosa kita ha ha... 

Dosa Pertama : Terperangkap Mitos Masyarakat.

Contohnya, mitos di masyarakat  jika menjadi karyawan lebih terjamin, menganggap orang yang bekerja di rumah, atau serabutan tidak bisa mapan financial. Padahal kenyataannya tidak. Banyak orang-orang yang berhasil dengan berwirausaha, atau bekerja sesuai passionnya. Jangan salah kira loh Blogger profesional yang ngeHits penghasilannya bisa mengalahkan pegawai kantoran. Ayo ngaku para Blogger ngeHits! :D  Satu lagi mitos di masyarakat, kalau kita perhitungan, mikirin duit melulu dianggap tidak idealis, tidak bersyukur. Padahal agama juga kan memang mengajari kita untuk berhitung, dan menjadi kaya, biar bisa zakat, infaq dan sedekah dengan jumlah banyak dan benar. Ya kan?

Nah untuk menepis itu, buanglah jauh-jauh dan abaikan mitos tersebut. Buatlah diri kita menjadi berbeda. 

Dosa Kedua : Memilih untuk buta financial

Mengapa beberapa masyarakat kita buta financial? Jawabannya adalah karena kebanyakan masyarakat tidak mempunyai waktu untuk belajar masalah keuangan. Tahunya pokoknya terima gaji, habis untuk kebutuhan harian dan bulanan. Disamping itu masyarakat juga cenderung tidak tertarik bicara maslah 'financial'. Apalagi ditambah perasaan tabu, nggak pantes kalau kumpul-kumpul kok yang dibahas 'duit'. Mereka beranggapan, bahwa jika dalam pergaulan membahas 'duit' pasti akan dianggap matree, mata duitan, kedunnyan dan semacamnya.  

Solusinya, mulai sekarang luangkan waktu untuk membaca sesuatu tentang uang. Entah majalah, entah acara-acara talk show di televisi. Biasakan berbicara tentang masalah keuangan dengan terbuka. Nggak tabu kok membahas gimana caranya mencicil tanah, atau arisan emas. Jika Anda berwirausaha, hargai dan gajilah diri Anda sendiri seperti layaknya. 

Dosa ketiga : Manusia cenderung berjuang demi bertahan hidup bukan berjuang demi keinginan hidup.  

Nah ini sangat 'Jleb'.  Memang kebanyakan kita seperti itu. Pokoknya bisa hidup, meskipun mungkin banyak mimpi dan keinginan tapi kita tidak berani memperjuangkannya. Contohnya seperti kekhawatiran saya di atas. Saya ingin membekali anak-anak dengan pendidikan setingi-tingginya, tapi saya hanya berjuang pokoknya bisa kuliahkan anak. Harusnya mulai sekarang saya harus berjuang bagaimana caranya saya bisa kuliahkan anak ke perguruan pilihan anak yang terbaik. 

Dan solusinya adalah, Anda harus membayangkan hidup sesuai yang Anda inginkan. Bukan sebagaimana adanya sekarang. Bukan berarti kita tidak bersyukur, tapi siapa lagi yang akan mengubah nasib kalau bukan diri kita sendiri, ya kan? Selanjutnya sering-sering bertukar pikiran dengan orang-orang yang berani mengambil resiko, orang-orang yang berani berjuang untuk mengubah hidup. Bertukar pikiran dengan orang-orang yang sevisi membuat kita lebih semangat.

Dosa Keempat : Tidak menetapkan target financial

Hayo kalau punya uang lebih, misalnya habis dapat arisan apa yang terlintas di pikiran? Pasti shopping, jalan-jalan, atau wiskul ke tempat yang belum pernah dicoba. Ya itulah memang umumnya kebiasaan masyarakat kita. Ya ampyuunn... itu saya banget *tertohok untuk kesekian kalinya.

Padahal untuk mencapai sesuatu kita harus menetapkan target. Termasuk target financial. Kenapa umumnya kebanyakn orang malas menetapkan target financial? Jawabannya adalah malas ribet, pusing ngitung angka-angka. Ya wis dilakoni saja, Begitu alasanya.

Padahal salah satu solusi agar kita bisa mengelola keuangan adalah kita harus menetapkan target. Sebab keinginan kita  yang besar, tidak sebanding dengan kemampuan . Buatlah target finansial mulai dari sekarang plus, kita juga punya komitmen yang tinggi untuk bekerja lebih keras. Mulai nyicil sedikit demi sedikit untuk target jangka panjang. Misalnya saya yang pingin sekali bisa pergi haji, ya harus mulai berhitung, menetapkan target kapan, lalu mulai menyisihkan uang.

Dosa kelima : Tidak Memprioritaskan Kemakmuran Financial Anda

Kebiasaan yang sudah mendarah daging adalah kalau pegang duit selalu mengalir seperti air. Sepertinya itu uang nggak betah tinggal di dompet terlalu lama. Uangnya pada kegerahan kalau lama-lama di dompet. Termasuk saya nih,  ampuunn....

Solusinya adalah, kita harus menjadwalkan waktu untuk mengejar kekayaan (Bekerja). Mumpung masih usia produktif harus lebih giat bekerja dan berusaha. Manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Kita juga harus lebih berhemat. Menjadi egois untuk tidak menghambur-hamburkan uang tidak masalah bukan? 

Dosa Keenam : Tidak Menggunakan Uang dengan Bijaksana

Duhh... semakin kesindir deh saya. Banyak faktor yang membuat masyarakat tidak bijaksana menggunakan uang. Karena terjebak utang misalnya. Ada juga yang kalap belanja karena emosi. Banyak kan yang kalau stress atau galaw pelariannya jalan-jalan dan belanja. Atau tidak bijaksana karena tergoda obral dan discount. Atau seperti saya sebagai ibu-ibu nih, seringkali menebus rasa bersalah pada anak dengan membelikan sesuatu yang tidak perlu, tidak penting dan tidak diminta oleh anak, Hwaa....kena deh saya. Atau ada yang berucap Alhamdulillah keras-keras saat apply kartu kreditnya diterima. Hihi... banyak yang kerasa nih, wong mau menambah utang kok malah bangga dan bersyukur.

Solusinya adalah : Biarlah dibilang Ndeso, nggak kekinian dan sebagainya, selalu bayarlah transaksi kita dengan uang tunai. Kalau terpaksa 'Nggesek' pakailah kartu DEBET bukat kartu KREDIT. Ada lagi cara jadul yang masih ampuh dan relevan konsep MBA alias Manajemen by Amplop. Perlu diingat, jangan sekali-kali belanja saat emosi sedang tidak stabil, jangan juga belanja atau jalan-jalan ke mall dalam kondisi perut lapar, jadi tidak ada alasan untuk makan di luar :D Yang tak kalah penting, selalu membuat daftar belanja, agar nggak kebablasan asal comot.

Dosa Ketujuh : Tidak Membuat Anggaran

Nah inilah kebiasaan kebanyakan orang. Menganggap terlalu ribet. Padahal keuntungan membuat anggaran untuk diri sendiri adalah, kita menjadi lebih tenang. Kita tahu aliran uang kita dari mana dan untuk apa saja. Kita punya batas-batas pengeluaran apa saja. sesuai catatan anggaran. 

Solusinya, nih ada tips membuat anggaran. Secara sederhana kita mengatur cash flow dengan merinci biaya harian, mingguan bulanan dan seterusnya. Yang penting kita harus menetapkan tabungan / investasi di awal, bukan dari sisa-sisa anggaran. Misal investasi 30 %, bayar cicilan 25% dan seterusnya.

Dosa Kedelapan : Tidak Melakukan Investasi

Kenyataan terbanyak di masyarakat adalah, suka menunda-nunda untuk berinvestasi. Jika mau menabung dahulu untuk berinvestasi, jangan salah kaprah. Menabunglah dengan setoran yang besar dan konsisten, jangan menabung yang bisa diambil sewaktu-waktu (kalau niat menabung jangan pakai kartu ATM), menabunglah dalam jangka waktu lama sesuai target yang dituju. 

Solusi untuk Dosa kedelapan adalah, mulai sekarang jadilah pribadi yang lebih baik, buang jauh-jauh sifat konsumtif. Mulai belajar untuk menjadi investor yang baik, memilih instrumen berinvestasi, belajar resiko dan potensi keuntungannya. Pahami juga untuk berinvestasi dalam arti yang lebih luas. Yaitu berinvestasi waktu dan uang untuk belajar dan menguasai skill tertentu, yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan  penghasilan. Misalnya ikut kursus, pelatihan, atau beli buku-buku untuk mempelajari suatu ilmu.



Bu Sherly, pak Viko dan mbak Dwi Puspita  yang beruntung dapat Hengpong. alhamdulillah...rezeki Bumil

Sebelum pulang foto rame-rame dulu. Ciiiss....


Sempat foto bareng mbak Dwi Aprily , Widya, Ceria n pak Vico pastinya. Makasih futuna mbak Dwi :)
Delapan dosa ini menuntaskan pemaparan pak Viko. Selanjutnya sesi tanya jawab dengan iming-iming hadiah membuat suasana kembali menjadi riuh dan hangat. Meskipun nama saya ngak nyantol satupun, dari sekian doorprice yang dibagikan, tapi senyum dan syukur tak terabaikan. Karena saya pulang membawa banyak ilmu dan pencerahan.  Juga bertemu teman-teman Blogger yang luar biasa. Pokoknya setelah ini saya  'Insyaf' nggak bikin DOSA lagi ha ha.

Yang paling merasuk dalam hati saya adalah ucapan terakhir dari pak Viko, Bahwa Kesuksesan anda adalah kesuksean keluarga, Keputusan Anda adalah keputusan keluarga, Masa depan Anda adalah masa depan keluarga. Anda adalah harapan keluarga. Jadi ingat anak-anak yang harus saya perjuangkan masa depannya. 

Terimakasih Sun Life, sudah berbagi dengan kami. Semoga setelah acara ini semua yang hadir membuat perubahan sangat besar untuk menjadi pribadi yang "MAPAN FINANCIAL"  aamiin...


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...