Tuesday 30 April 2013

Memilih Program Layak Tonton

Gambar diambil dari sini


Tanggal 12 Maret 2013 lalu saya menghadiri acara 'Talk Show' yang diadakan oleh SDIT Nurul Fikri Sidoarjo. Seperti biasa, untuk undangan ke sekolah, saya harus meluangkan waktu sebisa mungkin. Kalau sampai nggak datang, bisa diprotes Aisya hehe. Dan ini adalah oleh-oleh cerita yang telat, tapi semoga masih bermanfaat.


Narasumber Bapak Dony Maulana ketua bidang pengawasan isi siaran KPID Jatim (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jatim). Berdasar UU penyiaran No. 32 tahun 2002, KPI adalah sebagai wujud peran serta masyarakat yang berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili suara masyarakat. KPI adalah lembaga independen yang bergerak tanpa intervensi dari para pemilik modal maupun penguasa.

Sekilas tugas dan kewajiban KPI adalah memberikan jaminan pada masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak. Yang menjadi permasalahan, kata Dony Maulana, KPI mempunyai hak untuk mencabut izin siaran yang tidak layak tonton setelah mendapat masukan, teguran, protes atas tayangan tersebut dari masyarakat. Padahal sebuah informasi, meski sudah dicabut hak siarnya, tidak bisa dicabut bila sudah terlanjur melekat di benak. Apalagi jika informasi tak layak itu terlanjur melekat di benak anak-anak. 


Oh ya, pada awal acara Pak Dony menayangkan lagu dangdut dengan penyanyi yang berpakaian dan bergoyang tidak sopan. Ternyata Pak Dony sengaja memancing reaksi peserta. Benar saja tak berselang lama, hampir semua ibu-ibu yang hadir protes karena gerah melihatnya. Ternyata sebenarnya kebeningan hati bisa menjadi filter penyaring untuk memilih tontonan. 

Yang perlu diketahui lebih lanjut, tidak semua tayangan yang berbahaya atau tidak layak tonton untuk anak-anak bisa dikatagorikan melanggar undang-undang penyiaran. Contohnya C***y Yunior: KPI tidak berhak mencabut izin tayangnya, meskipun sebenarnya tayangan tersebut jika dicermati tidak layak tonton bagi anak-anak. Lihat saja bagaimana gaya dandan, bahasa tubuh para personilnya dan syair lagu-lagunya. Kemudian acara I***a Cilik, rentang waktu tayang yang relatif lama (maksimal anak menonton TV dalam sehari adalah 2 jam) serta gaya hostnya yang kadang tidak pas jika ditonton anak menjadi faktor acara ini juga butuh pendampingan untuk menontonnya. 

Dony Maulana juga menambahkan, bahwa anak-anak usia 0-2 tahun tidak dianjurkan bahkan tidak dibolehkan menonton televisi. Karena pergerakan gambarnya sangat cepat. Dampaknya akan merusak sel-sel syaraf di otak. Anak akan menjadi pasif, anak menjadi tidak kreatif. Memang anak-anak akan diam terpaku di depan layar televisi, mereka tidak rewel. Tapi dampaknya baru terlihat saat mereka memasuki dunia pra sekolah atau TK. Mereka tidak kerasan duduk bahkan rewel mendengar dan melihat guru yang berbicara dan bergerak pelan. Karena mereka terbiasa melihat gambar-gambar yang bergerak cepat.
Anak-anak berhak untuk tumbuh dan berpikir sesuai dengan usianya. Bagaimana anak-anak bisa menikmati dunia kanak-kanaknya? Jika tontonan yang mereka tonton bukanlah untuk konsumsi mereka. Mereka akan kehilangan masa kanak-kanaknya jika mereka terus dijejali tontonan yang tidak sesuai usia mereka.

Apa yang harus dilakukan?
  • Pendidikan literasi media sejak dini. (Di negara-negara maju, melek media sudah masuk di dalam kurikulum pendidikan.) Tugas para pendidik terutama orang tua untuk bisa mendampingi dan memberi pengertian mana tontonan yang layak tonton dan tidak. Sehingga anak-anak bisa memilih sendiri mana tontonan yang sehat mana yang tidak. Karena sebagai penonton kita harus cerdas memilih.
  • Memilih program TV untuk anak-anak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut untuk diri kita sebagai orang tua:
  1. Apakah saya menyukai orang ini?
  2. Apakah saya senang bila orang ini menjadi teman anak saya?
  3. Apakah dia seusia anak saya?
  4. Apakah saya menyukai pengaruh dia terhadap anak saya?
  5. Bagaimana suasana hati anak saya bila berteman dengan dia?

Hanya sekelumit yang saya tangkap karena saya pulang sebelum acara berakhir. Kebetulan berbarengan kopdar dengan teman-teman PBA Jatim di alun-alun Sidoarjo. Dengan bintang tamu mas QS Emmus yang lagi mudik :) Jadi sekali mendayung berusaha dua pulau terlampaui. Semoga yang sedikit ini bisa menjadi manfaat. 

Silakan mampir ke catatan yang lain :) 

6 comments:

  1. Kadang sedih melihat tontonan di TV, anak SMP sudah pacaran, prilaku kurang baik yang disiarkan berulang-ulang dan lain sebagainya.

    Artis yang suka meledek teman-temannya juga kurang patut dijadikan teladan walau itu hanya bercanda.

    Saya sering pindah nke TVRI untuk menikmati tayangan sederhana namun penuh makna.

    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya pakDhe, TVRI atau mendengarkan radio menajdi alternatif yang lebih aman :) matursuwun rawuhipun :)

      Delete
  2. ini juga alasan kenapa sampai sekarang kami tidak punya TV di rumah...takut kesulitan mengontrol program yg tepat buat anak-anak. meski tetap ada celah menonton melalui laptop dan vcd.
    Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh... salut buat mbak bisa meniadakan TV di rumah :). Saya masih ada TV tapi bertahan dengan TV tabung jadul cukup ukuran 14" untuk Ayah anak2 kalau nonton bola hehe. Salam kembali mbak :)

      Delete
  3. Ia mbak, memang harus pilih-pilih siaran soalnya banyak tayangan yang justru berikan dampak buruk pada kepribadian anak.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...