Tuesday 5 February 2013

Gado-Gado Femina Pertamaku ^_^


Tulisan ini dimuat di majalah Femina rubrik Gado-Gado. Kirim untuk pertama kali, bulan Juli'12 dan Alhamdulillah dimuat di Femina edisi pertama tahun 2013 :) 

Syarat teknis: font Arial 12, spasi 2, maksimal 3 halaman folio. Tulisan belum pernah dimuat di media cetak atau online. Dikirim ke kontak@femina.co.id. Jangan lupa mencantumkan biodata singkat dan nomor rekening di akhir naskah.





JENAZAH


            Namanya Roe, dia teman satu kantor yang ditempatkan di lapangan. Dia tugas berpindah-pindah dari proyek yang satu ke proyek yang lain tergantung perintah dari atasan.

            Meskipun status di proyek di bagian keuangan, tapi seringkali tugasnya serabutan mengurusi semua hal.  Dari tugas serabutan inilah seringkali dia bertemu dengan hal-hal di luar dugaan. Umumnya lucu, tapi tidak jarang bikin miris.

            Dari sekian banyak kejadian yang dia ceritakan, ada satu peristiwa yang masih lekat di memoriku.  Peristiwa itu terjadi saat dia mendapat tugas di sebuah proyek rumah sakit di daerah Batu Licin Kalimantan Selatan.  Saat itu sebenarnya pekerjaan sudah selesai, hanya tinggal menunggu masa pemeliharaan.  Jadi tidak banyak pekerjaan yang harus dilakukannya, hanya menunggu perbaikan sana-sini.

            Pagi itu, handphone Roe berbunyi nyaring.  Suara sms masuk rupanya.  Segera dia buka kotak pesan masuk.  Disana tertulis “Kran kmr jenazah rsk, kita tdk bs memandikan jenazah.  Tlg sgr diperbaiki.”

            Sekilas Roe melirik penunjuk waktu di pergelangan tangannya.  Jam 9 pagi, tiba-tiba saja perutnya yang tadi terasa lapar karena belum sarapan menjadi mual.  Menguap sudah selera makannya, perut tiba-tiba terasa penuh.  Bukan karena kerusakannya, tapi karena tempatnya yang tidak keren.  Tapi… kamar jenazah. Pagi-pagi pula. Roe sudah paham, Para tukang paling malas kalau diminta memperbaiki area itu.  Apalagi ini ada penghuni yang minta dimandikan di sana,  pasti tambah 1000 kali lipat malasnya.

            Setelah ribut sana ribut sini tidak karuan, akhirnya disepakati dua orang tukang ditambah Roe menuju gedung rumah sakit.  Sebenarnya sangat konyol, siang bolong tiga orang lelaki berbaris menuju bagian paling belakang gedung rumah sakit, hanya untuk memperbaiki kran yang rusak.  Tapi tak ada pilihan lain, dari pada jenazah itu tergeletak nelangsa tidak segera dimandikan.

            Ruangan ini, bagaimanapun terasa mencekam dan dingin… apalagi masih pag.  Pelan-pelan mereka melangkah memasuki  kamar jenazah. Kosong, tidak ada satu penghunipun di sana. Tidak ada jenazah.

            Hanya butuh waktu 10 menit untuk memperbaiki kran yang rusak itu.  Sungguh tidak sebanding dengan kehebohan pada saat berangkat tadi. Saat mereka mau kembali, di lorong rumah sakit berpapasan dengan Alif. Dia mantan pekerja harian proyek, yang sekarang bekerja di rumah sakit.  Dia sedang mendorong kereta pasien dengan  santainya.  

            Roe melambaikan tangannya, seketika Alif tersenyum dan menghentikan laju kereta dorongnya.

            “Mas, krannya sudah beres tuh,” kata Roe sambil menunjuk kamar jenazah.
            “Sudah dibetulin ya krannya,”  seru Alif dengan nada kaget.
            “Sudah, mandor dan tukangnya langsung berangkat kesini tadi,” kata Roe
            “Ohhh ….” Alif  manggut-manggut .

            Roe heran melihat ekspresi wajah Alif yang hanya ber ohh… saja.  Harusnya dia kan senang, tahu kalau kran itu sudah bisa dipakai.  Nah, ini  malah menampakkan wajah aneh.

            “Tadi pesannya kan disuruh buru-buru karena mau dipakai, jadi kami segera ke sini.” kata Roe menjelaskan.  Ia mulai kesal

            “Ohh … tapi sudah nggak perlu lagi kok Mas, jenazahnya sudah selesai dimandikan.” Jawab Alif tanpa nada bersalah

            “Loh, kok bisa?!” kata Roe kaget, mendengar jawaban Alif yang  asal itu. Dimandikan kan perlu air, pikirnya. Dia juga jengkel karena merasa usahanya sia-sia.

            “Iya mas, jenazahnya sudah dimandikan pakai air kolam … dan sudah dibawa pulang,” kata Alif santai.

             Roe hanya bisa melonggo…. Ternyata karena tidak sabar menunggu kran air diperbaiki, jenazah itu akhirnya dimandikan pakai air kolam.

            Seketika Roe langsung terhenyak. Rasa jengkelnya hilang. Ia terpaku, membayangkan jenazah yang tak tahu apa-apa itu dimandikan pakai air kolam yang entah berapa bulan tidak pernah dikuras.  

            Roe hanya bisa memandang Alif dengan tatapan pasrah, tak tahu lagi harus bicara apa.  Kalau tahu begini, kenapa harus repot-repot  memperbaiki kran air itu. 

            Saat aku mendengar ceritanya, aku hanya bisa berucap, “Ya, sabar lah Roe, orang sabar itu disayang Tuhan.  Dan dia membalas dengan berkata, “Ya... rekosone nggolekke duit anak bojo Mbak!”(1)  Hah? Aku tergelak mendengar jawabannya, karena dia belum juga beranak istri. “Anak bojone  sapiku Mbak !” (2) sambung Roe sambil nyengir. [] Vanda Nur Arieyani

(1)  Susahnya mencari uang buat anak istri
(2) Anak istri sapiku
ctt : Judul Jenazah diedit oleh redaksi Femina sebelum  judulnya Kran Mati  :))

22 comments:

  1. aduhh kok gitu ya.. kasian juga itu mayat :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi iya, makanya temenku sampai hampir ngerajut tali gantungan waktu itu :D

      Delete
  2. Wah, keren tulisannya. Ada hikmahnya
    thanks ya mbak udah mau berbagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih mba Hacky, sama-sama :) yuk mbak ngeracik gado-gado :))

      Delete
  3. wah, dah tembus femina, selamat mba Vanda..kapan punyaku ya?xixixi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh ... kalau mba Ety Abdul kan malah udah langganan nembus media. Aku malah pingin belajar nulis untuk majalah parent pd dirimu mbak ^_^

      Delete
  4. selamat mbak, tulisannya keren banget :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih, hihihi jd malu emak2 masih belajar nulis nih critanya :) salam kenal mba :)

      Delete
  5. tahniah..........bagus tulisannya.......salam kenal.........ini link saya http://lisatjutali.blogspot.de/

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal balik mba, insyaAlloh nanti bertamu ke rumah mbak ya :)

      Delete
  6. kebetulan saya berlangganan Femina, baru tau ternyata penulisnya mbak Vanda setelah gabung di KEB. Salam kenal mbak, hebat euy jam terbang nulisnya... monggo mampir di rumahku http://donnaimelda.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga mba:) senangnya dikunjungi oleh mb Dona :) aih ... kalau saya masih jalan pelan-pelan mbak, kalau terbang sudah jd burung dong... Insyaalloh nanti mampir :)

      Delete
  7. Selamaaaat. Ceritanya simpel namun menggelitik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mbak... Duuhh ... menjura dakuw dikomentari penulis sekelas mba Nia :)

      Delete
  8. Olala kupikir gado-gado beneran :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi... nek gado2 beneran wis habis tak makan jeng :)

      Delete
  9. antab..mba vanda....aku nguleg gado-gado belum pas bumbunya.:P

    ReplyDelete
  10. Duh, kasihan jenazahnya.... :D

    ReplyDelete
  11. Mbak, kalau mw kirim naskah langsung sertakan surat pernyataan karya sli atau ntar abis dimuat pihak gado-gado yang kirim formatnya? thanks. btw, honornya berapa ya?

    ReplyDelete
  12. lucu wkkww
    tapi mayat e mesake BUn :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...