Kerja
dan tinggal di Surabaya membuat aku harus bangun dari kenyamanan.
Nggak enak pulang pergi kantor ngegandol terus di goncengan kakak
sepupu. Yup, mulai jadi anak jalanan, belajar gelantungan
di bis kota, belajar lompat dari bis kota saat turun dengan trik yang
benar biar tidak terjerembab. Untuk hal-hal diatas,aku lulus
dong, pengalaman paling norak justru saat pertama kali naik bis
kota dan episode dodol itu berlangsung di dalamnya.
Ceritanya
nih, saat duduk manis, sambil memandang situasi kota metropolis lewat
jendela, tiba-tiba “pluk!” wow ada sebungkus permen di
pangkuanku, belum habis rasa kaget dan masih terbengong-bengong eh
ada lagi “Bruk!” sebungkus kacang melayang dan dengan anggun
tergeletak di bangku samping yang masih kosong. Seperti monyet
habis minum betadine, aku celingak-celinguk kiri kanan, melihat
sekeliling Ternyata penumpang lain juga dapat permen dan
kacang. “Ohh … ternyata di Surabaya enak ya, naik bis kota aja
dapat camilan,” gumamku dalam hati.
Masih
belum nyadar juga, dengan semangat segera aku raih kacang yang
tergeletak tak berdaya itu. Lumayanlah… buat camilan nanti di
kantor. Wah… hampir sampai nih, segera aku beranjak dari kursi.
Aku harus siap-siap di depan pintu jauh sebelum tujuan, soalnya aku
belum hapal tempat turunku. Segera berkemas memasukkan
permen dan kacang ke dalam kantong tasku.
Pulang
kerja, naik bis kota lagi dong… setelah berlarian, dan berdesakan
rebutan kursi hehe nggak anggota DPR doang loh yang rebutan kursi,
penumpang bis kota juga harus berjuang keras untuk dapat kursi.
Akhirnya bisa duduk dengan nyaman. Seperti tadi pagi, berkali-kali
“pluk!” bermacam-macam barang jatuh di pangkuanku. Kali ini malah
lebih heboh, banyak orang berseliweran membagikan bermacam barang,
mulai kacang permen, buku, senter dan korek api. Tiba-tiba
perasaanku jadi nggak enak. Duhh … ini beneran dibagi gratis atau
gimana sih??
Aku
diam sambil memperhatikan sekeliling, tiba-tiba ada seorang pemuda
membawa kantong kresek berdiri di samping tempat dudukku, dia diam,
aku juga diam sambil dalam hati menerka-nerka maksudnya. Tak berlalu
juga orang, jadi merinding salah tingkah nih.
“Mbak,
permennya?”
Hah!
Aku masih bingung. Orang di seberang tempat dudukku mengulurkan
permennya, kulirik orang di sebelahku mengulurkan recehan pada pemuda
itu dan segera memasukkan permen ke kantong bajunya.
Masih
bingung, aku ulurkan permenku. Berikutnya berdatangan orang
mengambil barang-barang yang tadi dibagikan. Ohh megot… jadi
barang-barang itu dijual? (tutup muka pakai jilbab sambil
komat-kamit baca istighfar berharap permen dan kacang tadi pagi
diikhlaskan penjualnya).
***
Tulisan copas dari note FB, ikutan kuis Norak-Norak Bergembira Jeng Dian Kristiani ^_^
Smoga mba Dian, Mujur dan
Untung lagi baek sama aku, ngincer parcel bukunya :)))
Ehh, nggak tahu juga sudah pengumuman apa belum :D
Dian
Kristiani : xixixixixi, aku kok sakno karo tukang asongannya ya:p
Vanda
Nur Arieyani : hihih aku yo merasa bersalah berat wis bati gak
sepiro, tp kadang yo gak habis pikir ya, kan penumpang segitu banyak
cuma dibagi dr depan ke belakang trus diambil lagi, kalo ono sing
sengaja nilep opo ga rugi ya?
Dian
Kristiani Iya ya, apalagi nek pas bis sesak gitu ya?
Katiyumi
Imoto qqqqi.. nek diparingi opo2 ndhik ndhukur bis ojok disenggol
Dik.
·
Sri
Widiyastuti hihihii... komenku, ter-la-lu kau vanda!
Vanda
Nur Arieyani : @Dian : tapi pedagangnya tambah banyak berarti ya
tetep untung yo mbak :)
Tatit
Ujiani xaxaxa..smoga beruntung
No comments:
Post a Comment