Thursday 27 September 2012

DUA HATI SATU TUJUAN


Lampion Garden BNS

Cerita ini saya kutip dari sebuah kelas parenting yg saya ikuti. Tapi mohon maaf kalau saya tulis dengan gaya bahasa saya (soalnya yang saya ingat hanya inti ceritanya saja ^_^)


Alkisah hidup lah sepasang suami istri di sebuah desa yang subur, mereka saling mencintai satu sama lain meskipun hidup dalam kondisi yang seba terbatas.

Sunday 23 September 2012

Untung Tidak Lahir di Jalan

jejak kecil di Nakita edisi 703



Saat mengandung anak kedua, saya sudah berencana untuk melahirkan di rumah Ibu di Madiun. Semua sudah dipersiapkan.  Pagi hari, 10 hari lebih awal dari tanggal perkiraan dokter, saya merasakan kontraksi. Saya pikir hanya kontraksi semu.  Tapi semakin siang sakitnya tak beranjak hilang.  Karena sudah berencana untuk melahirkan di Madiun, saya tetap mengajak suami untuk pulang. Sepanjang perjalanan Surabaya-Madiun saya menahan rasa sakit, dan berusaha menyembunyikan dari suami agar tak cemas.  Sampai di Madiun, kami langsung menuju klinik bersalin.  Ternyata sudah bukaan empat. Alhamdulillah … untung bayiku tidak lahir di jalan :)


*Kisah seputar buah hati dan kehamilan, sesuai tema yang ditentukan setiap minggunya. Kirim ke nakita@gramedia-majalah.com

  ***

Sebenarnya judul awalnya 'Hampir Saja' sebelum diedit oleh redaksi Nakita.  Dan cerita dibalik layar sesungguhnya  lebih mendebarkan.  Malam harinya sebenarnya sudah terasa pinggang sakit luar biasa, tapi menjelang shubuh sakitnya mereda.  Pagi harinya, saya memutuskan untuk ke kantor, menenangkan suami kalau tak apa-apa, paling cuma kontraksi semu. Sebab berdasarkan pengalaman anak pertama, lahir 1 hari lebih lambat dari perkiraan dokter, padahal saya sudah cuti 2 minggu sebelum tanggal perkiraan.

Olala! Ternyata, sekitar jam 10 pagi rasa mules datang lagi, saya langsung telpon suami minta dijemput.  Sepanjang perjalanan, diam menerima ceramah suami yang katanya saya 'ngeyel' hehe. Dan suami menyarankan untuk ke klinik bersalin di Surabaya saja, tempat saya biasa periksa kehamilan. Lagi-lagi saya tetep ngeyel, pokoknya pulang aja ke Madiun.

Kebetulan hari itu hari Jum'at, saya berusaha tenang, dan menyuruh suami untuk sholat jumat dulu aja, sembari menunggu saya beres-beres. Berdua bergoncengan sepeda motor menuju terminal Bungurasih, dan kami sempat makan siang dulu lhoh di rumah makan ayam goreng cepat saji dekat ruang tunggu terminal, sembari menunggu bis patas ke Madiun :D  

Alhamdulillah... perjalanan lancar, meski sepanjang perjalanan menahan mules dan berusaha menyembunyikan dari suami, sampailah kami di Madiun dengan selamat. Putriku keduaku lahir hari Sabtu dinihari sekitar jam 02.30 , sehat tak kurang suatu apapun.  Sekarang kalau ingat pasti geli campur ngeri sendiri, nggak membayangkan kalau lahir di dalam bis bisa panik dan heboh semua penumpangnya :))

Jadi sadar bahwa kelahiran dan kematian benar-benar hak prerogatif Alloh. Dokter cuma bisa memprediksi saja dengan segala ilmu pengetahuan yang terbatas dibanding dengan ilmu Alloh yang maha luas.

Sunday 16 September 2012

FF : LAFAZ CINTA

   
          “Ra, aku akan melamarmu pada  kedua orang tuamu?” tanyaku memecah sunyi.

            Sesaat  kau hanya menunduk dan terdiam, tak sepatah katapun keluar dari bibir mu.  Aku tahu, diammu bukan berarti ya, diammu adalah kebimbangan..

            “Maaf  El, aku belum siap.”

            “Apa yang kau tunggu Ra, aku serius untuk menikahimu.”

            “Beri aku waktu El, kalau kau tidak bisa menunggu, biarlah aku melepasmu”

            Akhirnya senja ini, kita sepakat untuk mengisi hidup kita masing-masing.  Wajar jika kau masih ragu untuk menikah denganku.  Usiaku yang tiga tahun lebih muda dan kondisi ekonomiku yang belum mapan pasti menjadi pertimbangan terbesarmu untuk menerima lamaranku.  Tak bisa aku meyakinkanmu jika Allah akan mencukupkan rezeki bagi orang yang menikah.

            Bapak dan ibu tidak bisa berkompromi lagi, usahaku mengulur-ngulur waktu sudah sampai pada ujungnya.  Waktu satu bulan yang aku berikan pada bapak hampir berakhir, dan aku masih berharap Almira menyampaikan kabar gembira, bersedia menerima lamaranku.

            “Eldi, bapak dan ibu sudah tua, kami hanya ingin melihatmu menikah.  Kalau kau belum juga mengajak bapak untuk melamar gadis pilihanmu, bapak sendiri yang akan melamarkan seorang gadis pilihan bapak untukmu”

            “Glekk,” aku hanya bisa menelan ludah.  Hari gini aku harus menerima untuk dijodohkan?  Tapi memandang wajah Bapak yang semakin layu diterpa usia, dengan gurat-gurat kelelahan membayangi wajah yang masih menyisakan kegagahan masa mudanya, sungguh aku tak kuasa menolak.

            Akhirnya, aku menerima gadis yang dipilihkan bapak.  Proses ta’aruf cukup singkat dan semua dimudahkan oleh Allah. Setelah keluargaku resmi melamar, dalam dua minggu aku pontang-panting mengurus semua persiapan pernikahan.

            Mungkin semua orang yang mengetahui hubunganku dengan Rara akan berpikir aku telah meninggalkannya untuk menikah dengan gadis lain.  Dan bisa dipastikan mereka semua akan terkejut  saat menerima undangan . Mungkin mereka akan menganggap undangannya salah cetak, karena bukan nama Rara yang bersanding dengan namaku, tapi nama Nisa gadis sederhana pilihan orang tuaku.  Biarlah…aku tak peduli, karena aku percaya cinta yang benar akan menemukan jalannya, dan jalan cinta antara dua orang berbeda jenis adalah pernikahan.
                                                           
***
            Hari ini aku bahagia, aku ucapkan lafaz cinta dihadapan penghulu dengan disaksikan semua keluarga dan kerabat .  Kulihat senyum tak pernah lepas dari wajah Bapak dan Ibu, bahagia juga menjalari seluruh bilik dan ruang hatiku.

“Semoga lafaz cintaku tidak di atas lukamu Ra ,”  hatiku berucap lirih.

***
                                              
         Di dalam sebuah kamar, seorang gadis menggenggam sebuah undangan perak, hatinya gerimis, sudut matanya mulai hangat dialiri embun bening yang sudah berat tergantung disana.
            “Semoga berkah Allah selalu terlimpah untukmu  El.”



Rumah Hijau, 03119022011
FF lama yang batal dikirim untuk lomba karena nyangkut imelnya :D dari pada cuma nampang aku ikutkan di giveaway  Elfarizi 4 th anniversary KATEGORI: FIKSI MINI  (kayaknya sekitar 400 kata deh ini )



Monday 10 September 2012

Giveaway Novel Cinderella Syndrome, Leyla Hana


Siang tadi BW dan nemu GA di blognya mba






       Erika menatap pantulan bayangan dirinya di cermin dengan pandangan kosong.  Sejenak dia terpaku, kemudian perlahan tangannya mengusap wajah, menelusuri permukaan kulitnya yang bersih terawat. Entah kenapa, tiba-tiba saja perasaan gundah merayapi hatinya.  Sebelumnya dia tak pernah peduli dengan omongan orang tentang dirinya.  

          Di usianya yang memasuki kepala tiga, Erika masih saja sendiri.  Apakah salah, jika seorang wanita masih berstatus gadis di usianya yang ke 30? Apakah pernikahan harus dipaksakan hanya untuk alasan status di lingkungan sosial dan menghapus gelar perawan tua yang akan disandangnya? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Erika, semakin membuat hatinya pedih dan sedih.

          Sebenarnya selama ini Erika enjoy saja dengan setatus singglenya, bahkan saat satu persatu adik-adiknya melangkahi untuk menikahpun dia tetap tersenyum memberikan restu. Baginya, alangkah tidak bijaksananya jika adik-adiknya tak bisa melangkah memasuki gebang pernikahan  hanya karena terganjal status kakak perempuannya yang masih gadis.  Bukankan jodoh, rezeki dan mati hanya Tuhan yang berhak mengatur? Dan Erika sadar betul, keputusannya untuk tidak menikah janganlah menjadi  penghambat kebahagiaan adik-adiknya.

          Hingga dua adik perempuannya kemudian menikah dan memberikan keponakan yang lucu-lucu untuknya.  Rasanya bahagia memandang keluarga kecil adik-adiknya. Tak kalah bahagianya, melihat kegembiraan tak terkira di wajah Bapak dan Ibu yang semakin lanjut.  

          Selama ini Erika sangat menikmati hidupnya, sebagai wanita muda dengan karir cermelang di sebuah perusahaan bonafid tentulah menjadi idaman banyak orang.  Sebenarnya banyak lelaki yang menaruh hati pada Erika.  Wajah cantik dan keramahannya  mempunyai daya tarik tersendiri bagi para kaum adam.  Tapi Erika seolah tidak peduli dengan kehadiran para pemuja di sekelilingnya.  Trauma masa kecilnya  itu masih membekas lekat di memori dan hatinya. Sebuah kecelakan saat dia bersepeda membuat luka di organ reproduksinya dan merobek selaput kehormatan  wanitanya.  Meskipun berulang kali dia diajak konsultasi ke dokter juga psykolog, tapi dia tetap belum yakin, jika ada seorang lelaki yang mau menerima seorang gadis yang tidak perawan, meskipun ketidak perawanan itu bukan disebabkan sebuah perlakuan sexual. 

          “Nak, apa kamu akan bertahan untuk hidup sendiri selamanya? Bukalah pintu hatimu untuk lelaki yang sungguh-sungguh ingin menjadi suamimu, Bapak dan Ibu sudah tua. Tidak ada lagi yang Ibu harapkan, selain melihatmu menikah.”

          Kembali terngiang ucapan Ibu  beberapa hari yang lalu.  Tapi apakah ada seorang lelaki yang mau menerima seorang wanita yang sudah tidak utuh? Tidak bisa mempersembahkan tetesan darah di malam pertamanya?
                                     
          Akhirnya semua kegelisahan dan keraguan Erika runtuh dan perlahan menguap setelah dia bertemu dengan Rizal, seorang pemuda teman adiknya.  Seorang lelaki gagah, dengan tubuh atletis dan wajah lumayan, bertanggung jawab dan sayang pada keluarga, meski usianya dua tahun lebih muda darinya.  Dan yang terpenting kesungguhan Rizal untuk menikahinya itulah yang terpenting. 

          Tak menunggu lama Erika dan Rizalpun menikah.  Ketakutan dan kehawatiran Erika selama ini ternyata tidak terbukti.  Hari-hari mereka lewati dengan penuh kebahagian. Dan Alloh Maha berkehenda, tak lama setelah menikah, Erika pun hamil. Pupus sudah kehawatirannya untuk sulit mempunyai anak karena kecelakaan itu. Kehadiran seorang bayi laki-laki  semakin menambah lekat cinta mereka berdua.

          Hingga suatu hari, semua kebahagiaan itu terkoyak oleh sebuah SMS. Tanpa sengaja Erika membuka SMS di hanphone suaminya yang tertinggal di rumah.  Pesan singkat dengan bertabur kata-kata mesra penuh cinta. Saat itu seakan dunia berhenti berputar, semua menjadi buram berkabut bagi Erika. Bukan kata-kata mesra itu sebenarnya yang paling membuat dunianya hancur berkeping, tapi nama pengirim yang tertera disana yang menjadi penyebabnya.  Dodi Firmansyah, pengirim pesan-pesan mesra itu.  Haruskah dia bersaing dengan seorang lelaki untuk tetap bertahan sebagai istri Rizal? Rasanya lebih menyakitkan, bersaing dengan lelaki!  Meskipun berebut dan berbagi suami dengan wanita juga tak kalah menyakitkannya.

***
Bagaimana nasib Erika selanjutnya? Silakan diteruskan dengan imajinasi masing-masing yaa... karena saya harus melanjutkan pekerjaan kantor sebelum pindah tempat minggu depan hehe (Siapa yang nanya??)
           



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...